Kamis, 27 Desember 2012

‎5 NASEHAT MENJELANG KEMATIAN

Bismillaah

Ketika Abdullah bin Mas’ud menemui kematiannya, ia memanggil puteranya: “Ya Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, aku ingin berpesan padamu tentang lima hal. Jagalah demi menjalankan pesanku ini.

Pertama: Hilangkanlah rasa putus asa dari hadapan orang banyak, sebab demikianlah kaya yang sesungguhnya.

Kedua: Tinggalkan mengemis (untuk kebutuhan hidupm
u) dari orang
lain, sebab yang demikian itu adalah kemiskinan yang kau datangkan sendiri.

Ketiga: Tinggalkan hal-hal yang kau anggap tak berguna. Jangan sekali-kali sengaja kau mendekatinya.

Keempat: Jika kau mampu, janganlah sampai terjadi padamu satu hari di mana hari itu lebih tidak lebih baik dari kemarin. Usahakanlah.

Kelima: Jika engkau shalat, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Resapi dan renungkan seakan engkau tak akan shalat lagi setelah itu.

باركــ اللّــــہ فـــــــيك


Bagi sahabat Fillaah Bila bermanfaat Silahkan di Share / Bagikan ke sahabat yang lainnya



Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

منْ دعاَ إلى هُدَى كَانَ له من الأجرِ مثلُ أُجورِ منْ تَبِعَهُ لا ينْقُصُ ذَلِكَ منْ أُجْورِهمْ شَيْئاً ومنْ دعاَ إِلىَ ضَلاَلةِ كاَن عليهِ من الإثمِ مثْلُ آثامِ مَنْ تبعَهُ لاَ ينْقُصُ ذَلِكَ من آثامهم شَيئاً رواه مسلم 4831.

Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Barangsiapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” .


Sumber: Fan page Facebook: "Kata-Kata Hikmah"

Rabu, 26 Desember 2012

Sepenggal Kenangan bersama Kawan “Inspiratif”


Malam belum begitu larut, biasanya jam 10 malam mataku mulai meminta untuk diistirahatkan tapi malam ini sudah beberapa kali kucoba berusaha memejamkan mata namun hati belum bisa konek dengan mata, kedua ciptaan Tuhan itu belum bisa tunduk dengan keinginannku untuk segera tidur, sesekali hayalan menerawang jauh hingga teringat dengan beberapa kejadian yang telah berlalu, ada beberapa lembaran peristiwa yang sempat hinggap di kepala, akan tetapi hanya ada satu yang saya respon dan bahkan mengajakku untuk bernostalgia kembali, ya ... saya suka ini gumamku dalam hati, pribadi ini unik kataku, demikian disaat memulai nostalgiaku lewat media hayalan, seakan film diputar kembali kemasa lalu, ini bukan cerita fiksi tapi non fiksi makanya gampang untuk kulakoni dalam dunia hayalan.... he...he...

Setelah beberapa menit bernostalgia dalam dunia hayalan atau katakanlah dunia gaib (biar kren kedengarannya, ca’ ilah)...., saya seakan bisa menggali kembali keunikan pribadi teman yang  satu ini, bahkan tanpa kusadari ternyata dia telah menginspirasiku walau mungkin inspirasi itu muncul dan lahir dari teory yang  kujadikan dasar selama ini namun dia telah lebih dahulu mengaplikasikannya (ini bukan kasus plagiat atau pencurian hak cipta bro)...teori tanpa aplikasi hasilnya nol besar itulah saya, (kacian deh aku).

Nama lengkapnya Estu Widodo dan biasanya dipanggil Pak Estu, dalam tulisan ini nantinya saya sematkan nama panggilan “mas bro” biar nyantai nulisnya, di dunia nyata pertemanan sering saya panggil dia Pak Es, nama krennya yang kreatif "Must is To" nama ini terpangpang dengan gagahnya di kontak BBMku yang sementara kupensiunkan karena tak sanggup ngisi pulsa rutin untuk berpaket BB ria ha..ha..., kembali kenama yg gagah tadi, kren kan? nah ini dia salah satu keunikan mas bro yang kadang tak terduga dia lebih kreatif dari yang saya duga, tapi bukan ini bagian yang menginspirasi saya, sabar ntar saya tunjukan inspirasinya he...he...

Photo Kenangan pada Peringatan HAB Kemenag 3 Januari 2012

Mas bro berbeda dengan teman yang lain, dari menyebut nama saya saja contohnya, sebagian kecil teman memanggil saya dengan Pak Adam dan sebagian besar memanggil saya Pak Damang, dari kedua penyebutan nama tadi tidak ada yang salah dan kedua-duanya saya aminkan karena seingat saya sejak di pendidikan SMP hingga di bangku kuliah, dan di dunia kerja pun teman-teman memanggil saya dengan kedua nama panggilan tersebut, terkecuali saat di Sekolah Dasar teman-teman memanggil nama lengkap saya "Adamang Gaji", saya ingat 100% itu karena sangat berkesan, “sangat lengkap pikirku”, prediksi saya, kami saling memanggil dengan menggunakan nama lengkap persis sama dengan daftar absensi di kelas karena masa usia SD adalah masa kepolosan hati atau hati tulus atau apalah namanya, koq jadi ribet jelasinnya, nah ini dia perbedaan mas bro dengan teman-temanku yang lain , dia memanggil saya sedikit persis dengan teman-teman SD saya yang polos tadi, "Pak Adamang" panggilnya, sekali lagi saya aminkan, ketiga nama tadi saya senang karena bagian dari pemberian orang tua dan insyaallah sudah tertulis di Lauh Mahfuzh, semoga Allah akan memanggil namaku disaat pembagian buku raport dan menyerahkan ketangan kananku di Padang Mahsyar kelak dengan sebutan salah satu dari empat nama panggilan tadi, dan yang tidak kalah pentingnya ialah surat-surat administrasi pemerintah bin dunia mulai dari Akte Kelahiran, KTP, Surat Nikah, Ijazah, SK CPNS/PNS (yang sudah sekian lama saya amankan di Bank), serta terakhir SK Guru Profesional dengan setia tercantum nama itu. Panggilan mas bro tersebut saya respect, saya yakin karena dia menghargai saya bukan karena kaku menghadapi saya atau jangan-jangan karena dia juga polos, sama dengan kepolosan teman-teman SDku di jaman dulu he....he.., tapi yang jelas bukan bagian ini yang menginspirasi saya.

Ada satu point dari perjalanan hidup kami yang mirip satu sama lain yaitu sama-sama melakoni hidup di negeri perantauan, dan yang jelas sama-sama pernah merasakan rindu kepada kampung halaman beserta isinya termasuk orang tua, teman-teman seperjuangan bahkan dengan mantan-mantan (mantan koleksi sepeda maksudnya) he..he..."santai bro".
Disetiap kesempatan kami selalu tidak menyia-nyiakan membahas tema yang  tidak asing lagi di telinga, di mulut bahkan di hati kami ha...ha.. waktu itu, saya pun agak heran tema itu koq tidak  jenuh-jenuhnya kami bahas padahal sudah berulang kali dibahas, Temanya adalah: "MUTASI", nah ini dia awal dari cerita inspiratif  tersebut, mari kita serius sejenak dan doakan saya semoga teory saya kelak bisa jadi teraplikasi amin....

"Entah takdir atau nasib membawa saya ke Kalimantan", kalimat itu mengawali pembicaraan kami hingga terungkap bahwa ternyata misi  kami sama, misi untuk "secepatnya" mutasi, kutipan secepatnya sebagai penegasan keinginan yang sangat kuat dan tak terbendung lagi untuk segera pulang kampung, lagi-lagi itulah kesamaan kami "secepatnya" ha...ha...saya dengan semangatnya menjabarkan banyak alasan entah saat itu dia sepakat dengan konsep saya atau tidak, wallahu a'lam tapi yang jelas kami satu misi dengan tujuan yang sama.

Walau waktu berlalu silih berganti namun isi topik pembicaraan kami disetiap kesempatan bertemupun terasa hambar rasanya jika tidak diselipkan tema misi kami yang sama itu, tak bosan-bosannya kami diskusikan, dan seminarkan he..he.., sampai akhirnya saat liburan sekolah yang bertepatan dengan bulan puasa 1432 H yang lalu, ternyata mas bro ini sedang menjalankan aksinya menuntaskan misi tersebut di kampung halamannya, ha...ha...satu pelajaran yang bisa dipetik dari usaha mas bro Estu saat itu: "menyelam sambil minum air" atau "sekali mendayu dua, tiga pulau terlampaui".

Seperti kebiasaan lama atau tradisi mas bro Estu yang  tidak ingin menyia-nyiakan setiap ada kesempatan liburan sekolah digunakannya untuk pulang kampung, bahkan terkadang kelajuan pulang kampungnya alias liburnya dipercepat dari jadwal libur yang legal ha...ha..ternyata mas bro memanfaatkan momen liburan tersebut sambil memantapkan bekal administrasi mutasinya di kampung halaman, langkah yang sangat maju pikirku dibanding saya yang hanya terlena dan terbuai  tak berdaya di kampung orang, saya berusaha sebatas harapan dan doa semata, itulah usaha maksimal yang kumiliki saat itu dan sekarangpun terasa  ada dinding yang sangat kokoh di depan saya, tembok itu entah wujud dari ketidak konsistenan atau pribadi pengeluh yang saya miliki, namun memang kenyataannya harus butuh banyak amunisi untuk menjalankan misi tersebut. Walhasil usaha mas bro ternyata tidak sia-sia, sekali jalan hasilnya mencapai 75%, artinya sisa 25% yang harus dihadapi dan harus diproses untuk menuntaskannya, dari persentasenya sih kelihatan gampang karena bilangannya lebih kecil, tapi ternyata disinilah tantangan terberatnya, ujian kesabaran, ketegaran, dan konsistensi letaknya disini, dengan semangat 45 mas bro telah melaluinya dengan slamat sentosa (kayak ibu yang sukses menjalani persalinan saja he...he..) dari momen inilah lahir  kisah inspiratif yang saya kagumi dan patut untuk dicontoh dalam menghadapi permasalahan saya, mas bro berhasil melewatinya dengan mantap dan mulus dan dalam jangka waktu yang sesingkat- singkatnya, apa rahasianya? apa cukup dengan kesabaran, ketekunan, dan yang paling heroik adalah konsistensi? tunggu jawabannya di session berikutnya !

Suatu hari seperti kebiasaan di sekolah setiap guru dan staf sudah mendapat jatah snack dan minum satu paket per hari, tapi berbeda dengan teman lainnya, biasanya di hari senin dan kamis saya dapat dua jatah, koq bisa? he..he... itulah keunggulan saya dalam bidang ini, mungkin sudah terlatih membaca situasi seperti ini apalagi jika berhubungan dengan makanan, saya paling antusias alias rakus he..he...tidak kusia-siakan untuk memanfaatkan momentum seperti ini, jatah yang satu itu adalah bagian mas bro entah dia tahu atau tidak, selama ini saya telah mengambil jatahnya (sorry bro, ikhlaskan ya..), apa itu perbuatan ilegal ? he..he.. saya rasa tidak, dari pada mubazzir pikirku walau tidak seizin yang punya, saya tetap menyantapnya mumpung orangnya lagi  berpuasa senin kamis he..he.. Nah ini dia jawaban dari rahasia yang saya sebutkan sebelumnya, mas bro menekuni puasa senin kamis dengan konsitensi tinggi, katanya biar mantap hajatnya, dan cepat dikabulkan oleh Allah katanya, saya kadang berpikir liar, jangan-jangan ini hanya kedok mas bro biar bisa hidup hemat diperantauan ha...ha... (just kiding bro), tapi itulah kenyataan bahwa keyakinan yang kuat mampu membuahkan hasil yang sempurna ..... itulah sepenggal cerita dari kasus mas bro yang mengINSPIRASI saya, “Niat, Bertindak , Sabar, Konsisten, Do'a dan Yakin”.

Sering kali saya mengandai-andai; peluang mas bro itu juga bisa berpihak kepadaku, semoga harapan itu  jadi kenyataan, dan semoga diri ini juga sanggup menggapai harapan dan cita-cita yang belum tuntas dan belum terkabulkan. Selamat mas bro, saya tahu mas bro di sana sudah tenang disisinya (he..he.. di sisi istri maksudnya) mas bro berhak dan pantas mendapatkan itu karena buah dari hasil perjuangan yang melelahkan, sekaranglah saatnya menikmati hasil perjuangannya, harapan saya semoga mas bro juga masih tetap konsisten dengan profesinya, jangan lupa berprestasi dan berkarya disana, jangan mendurhakai profesi yang sudah kita pilih, Guru adalah profesi yang sangat mulia insyaallah..
”Selamat Jalan Mas Bro do’a kan smoga saya segera menyusulmu”

Selasa, 25 Desember 2012

Kekuatiran


Ada dua orang pelancong yang melakukan pendakian di sebuah gunung. Saat pulang, mereka terpaksa menumpang sebuah mobil rombeng. Jalannya tersendat-sendat karena mesin tuanya.   Sepanjang jalan, pelancong pertama sibuk mencemaskan kondisi mobil. Ia terbekap rasa kuatir kalau mobil itu mogok di tengah jalan. Ia kuatir kalau bensinnya habis dan tidak ada pom bensin di sana, ia kuatir jangan sampai ban mobil pecah dan tidak ada tambal ban disepanjang perjalanan.   Sementara, pelancong kedua tampak santai-santai saja. Ia begitu menikmati pemandangan indah dengan bukit-bukit serta hamparan sawah yang menakjubkan. Beberapa kali ia mengabadikan keindahan itu dengan kamera pocketnya.   Setelah satu jam berlalu, akhirnya mobil uzur itu pun tiba di kota yang dituju. “Kok kamu sempat-sempatnya ambil gambar pemandangan itu? Apa kamu tidak cemas?,” tanya pelancong pertama. “Apa yang perlu dicemaskan. Seandainya ada masalah, pasti ada jalan keluarnya. Aku suka dengan perjalanan tadi,” kata pelancong kedua.   Kisah tadi menolong kita untuk memahami bagaimana seringkali kekuatiran membuat kita kehilangan banyak hal yang berharga. Lebih buruknya lagi, seringkali kekuatiran itu tidak terbukti separah yang kita kuatirkan atau malah tidak terbukti sama sekali. “Kekuatiran tidak akan menambah sejengkal pun panjang usia kita.”Banyak orang hidup dalam kekuatiran dan cemas mengenai apa yang belum terjadi. Orang sering takut dan tidak tahu apa yang ia takuti. Akhirnya, orang yang seperti ini tidak akan menikmati kehidupan.   Kebahagiaan hidup hanya menjadi milik orang-orang yang mampu menikmatinya dengan penuh syukur. JAM KEHIDUPAN hanya sekali berputar.Ada menit yg harus dilalui dengan MANIS, ada pula menit yang harus dilalui dengan PAHIT. Jalanilah setiap DETIK dengan Karunia IMAN dan KASIH SAYANG dari ALLAH agar kita menjadi lebih BIJAKSANA dalam menjalani kehidupan ini.

Sabtu, 22 Desember 2012

Puisi untuk Ibu

Aku begitu mencintaimu, aku begitu merindukanmu, Kau begitu indah dan sempurnah dimataku. Pengorbananmu begitu tulus hingga aku sulit untuk membalasnya, Doa'ku selalu kupanjatkan untukmu.
Kasih sayangmu begitu besar, Pelukanmu begitu hangat hingga aku selalu terjaga dalam tidurku... Ibu..Ibu..Ibu.. aku rindu padamu aku rindu saat kau membuaiku dengan kasih sayangmu.
Ya Allah jagalah ibuku disisiMu dan biarkanlah ia merasakan surgaMu.
Ibu..Ibu..Ibu..apakah engkau mendengarkan jeritan ini, jeritan anakmu yang merindukanmu.
Ibu berikanlah ketegaran untuk anakmu ini, agar anakmu bisa terus senyum seperti senyumanmu yang tulus ...
"Slamat hari ibu...I Love You So Much"


Kamis, 13 Desember 2012

Sabtu, 24 November 2012

Surat Terbuka Untuk Bangsa Indonesia Dari Gaza


Mungkin surat ini sudah menyebar cukup lama untuk rakyat Indonesia, namun tidak sedikit pula yang belum membaca dan meresapi isinya, Bagi yang sudah membaca silahkan dibaca lagi dan dibagikan
, jika yang belum silahkan membaca nya..


♥ Bismillaahir Rahmaanir Rahiim ♥

Untuk saudaraku di Indonesia, ..Saya tidak tahu, mengapa saya harus menulis dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia .. Namun, jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa?? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki Adalah karena Negeri kalian berpenduduk muslim Terbanyak di punggung bumi ini .. bukan
kah demikian wahai saudaraku???


Disaat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis da’wah dari Jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini?!!!?.

Wah,,,,sungguh jumlah angka yang sangat fantastis & membuat saya berdecak kagum, Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku ..jika jumlah jama’ah Haji asal GAZA sejak tahun 1987 Sampai sekarang di gabung .. itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji Dari negeri kalian dalam satu musim haji saja ...

Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat di banding kalian yah? Wah?.wah?pasti uang kalian sangat banyak yah, apalagi menurut sahabatku itu ada 5 % dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji untuk yang kedua kalinya ..? .. Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia, ..

Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya & kami yang ada di GAZA ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Wah? pasti sangat indah dan mengagumkan yah. Negeri kalian aman, kaya dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian..

Pasti para ibu-ibu disana amat mudah Menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko & para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku Tidak seperti di negeri kami ini, saudaraku, anak-anak bayi kami lahir di tenda-tenda pengungsian. Bahkan tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami Melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah, Sehingga istri-istri kami terpaksa melahirkan diatas mobil ... yah diatas mobil saudaraku!!

Susu formula bayi adalah barang yang langka di GAZA sejak kami di blokade 2 tahun lalu, Namun isteri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga dua tahun lamanya Walau, terkadang untuk memperlancar ASI mereka, isteri kami rela minum air rendaman gandum. Namun .., mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah & ibunya, terkadang ditemukan mati di parit-parit, di selokan-selokan dan di tempat sampah ...itu yang kami dapat dari informasi televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding,,, ,, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus Abortusnya untuk wilayah ASIA ... Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian ..???

Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina tersebut ..?!! !, sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di GAZA sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati, Namun, bukanlah diselokan-selokan .. atau got-got apalagi ditempat sampah? saudaraku! !!, Mereka mati syahid .. saudaraku! mati syahid karena serangan roket tentara Israel !!!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi dipangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan roket tentara Zionis Israel ...

Saudaraku .., bagi kami nilai seorang bayi adalah Aset perjuangan perlawanan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan Negeri ini. Perlu kalian ketahui,,,sejak serangan Israel tanggal 27 desember (2009) kemarin, Saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 diantaranya adalah anak-anak kami Namun,,,,sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru Dijalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar ... Allahu Akbar!!!

Wahai saudaraku di Indonesia, ...

Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, Namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar, Apa karena kalian sulit mencari rezki disana ..? apa negeri kalian sedang di blokade juga ..?

Perlu kalian ketahui .. saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi apalagi sampai mati kelaparan .., walau sudah lama kami diblokade .. Kalian terlalu manja?!? Saya adalah pegawai Tata usaha di kantor pemerintahan Hamas Sudah 7 bulan ini, gaji bulanan belum saya terima, tapi Allah SWT yang akan mencukupkan rezki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda Baru saja melangsungkan pernikahan,, ,yah,,,mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel, Mereka mengucapkan akad nikah, diantara bunyi letupan bom dan peluru saudaraku. Dan Perdana menteri kami, yaitu ust Ismail Haniya memberikan santunan awal pernikahan Bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai Saudaraku di Indonesia, ..

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqoh pembinaan Di Negeri antum, seperti yang diceritakan teman saya tersebut.

Program pengajian kalian pasti bagus bukan, banyak kitab mungkin yang telah kalian baca, dan Buku-buku pasti kalian telah lahap .., kalian pun sangat bersemangat bukan, itu karena kalian punya waktu .. Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini wahai saudaraku ... Satu jam .., yah satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqoh Setelah itu kami harus terjun langsung ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang Telah diberikan kepada kami.

Kami di sini sangat menanti-nantikan hari halaqoh tersebut walau Cuma satu jam saudaraku ..,Tentu kalian lebih bersyukur, kalian lebih punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqoh, Seperti ta’aruf (saling mengenal), tafahum (saling memahami) dan takaful (saling menangung beban) di sana .. Hafalan antum pasti lebih banyak dari kami .. Semua pegawai dan pejuang Hamas di sini wajib menghapal surat al anfaal sebagai nyanyian perang kami, saya menghapal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana Dengan kalian??

Akhir desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 juz anakku yang pertama, ia diantara 1000 anak yang tahun ini menghapal al qur?an, umurnya baru 10 tahun , Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal al quran ketimbang anak-anak kami disini, di Gaza tidak ada SDIT seperti di tempat kalian, yang menyebar seperti jamur sekarang.

Mereka belajar di antara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah Diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun pohon kurma .., yah di tempat itulah mereka belajar Saudaraku,, bunyi suara setoran hafalan al quran mereka bergemuruh diantara bunyi-bunyi senapan tentara Israel? Ayat-ayat Jihad paling cepat mereka hafal .., karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung Mereka rasakan.

Wahai Saudaraku di Indonesia, ..

Oh, iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat aksi solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia, kami menyaksikan demo-demo kalian disini. Subhanallah, .. kami sangat terhibur, karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian di Indonesia.

Namun,,,bukan tangisan kalian yang kami butuhkan saudaraku Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti nanti di akhirat yang dicatat Allah sebagai Bukti ukhuwah kalian kepada kami. Doa-doa kalian dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Bagitulah isi surat tanpa harus mengubah isinya, Silakan baca dan resapi surat diatas, betapa miris dan terlukanya hati saat surat diatas diterima nurani kita, betapa terlukanya saudara kita disana. Tetap dukung mereka walau hanya Do’a ataupun dana yang bisa kita lakukan, Allahu Akbar ...

(♥ Subhallah & Semoga Bermanfaat ♥)
______________________________________________________
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Aamiin Ya rabbal 'alamiin |

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaik ..

Kamis, 19 April 2012

Perjalanan Spritual 2


Meninggalkan Kota Madinah sangat berat rasanya, sholat jum’at adalah sholat fardhu terakhir yang saya tunaikan di  Masjid Nabawi, “Ya Allah semoga pertemuan ini bukan pertemuan yang terakhir, berilah kesempatan kepadaku untuk berjumpa kembali dengan Kota Madinah, Masjid Nabawi, dan kembali dapat berziarah di makam RasurulMu”, demikian sebagian do’a yang kupanjatkan setelah menunaikan sholat.
Masih dengan menggunakan pakaian Ihram bersama beberapa teman, kami sepakat sebelum keluar dari masjid untuk menyempatkan berziarah ke Makam Rasulullah sebagai ziarah perpisahan, kuluangkan pula waktu berwudhu untuk pertamakalinya di Masjid Nabawi.

Perpisahanpun harus terjadi, duduk dikursi sebelah kiri sengaja kupilih biar masih leluasa untuk menatap masjid Nabawi walau hanya menara masjid saja yang dapat tertangkap oleh lensa mata. Sopir mulai meggerakkan bis, berjalan perlahan melewati beberapa perataran hotel, dan semakin menjauh meninggalkan hotel tempat kami menginap, sesekali wajahku kupalingkan kebelakang menatap menara masjid yang gagah dan agung itu, mata berkaca-kaca sampai akhirnya air mata tak terbendung juga, saya merasakan dada ini bergoncang menahan tangis.

Waktu berlalu terasa cepat kecepatan bis pun semakin laju meninggalkan kota Madinah, sepanjang perjalanan masih terbayang sejuknya subuh pertama di Masjid Nabawi.

Beberapa waktu kemudian sampailah kami di kompleks Masjid Bir Ali, di Masjid ini kami melakukan miq’at umrah pertama, puluhan bahkan mungkin ratusan bis jamaah parkir di kompleks masjid tersebut yang pastinya tujuan kedatangan mereka sama dengan tujuan kami yaitu miq’at, bisa dibayangkan berapa jumlah orang yang akan mengunjungi Baitullah saat itu, belum lagi jamaah yang miq’at di tempat lain, Subhanallah.

Setelah miq’at, kami segera kembali ke bis dan melanjutkan perjalanan ke kota Mekkah, Kalimat Talbiyah yang keluar dari bibir setiap jamaah mengiringi perjalanan spritual ini terasa menambah suasana religi yang semakin dalam, terbayang dikepala bangunan Kakbah yang megah, benarkah jasad ini berada di Arab Saudi?, bukankah ini mimpi? Pertanyaan-pertanyaan ini berkecamuk seakan-akan tak percaya tujuan perjalanan ini adalah melihat langsung Kakbah, bangunan sakral dan suci yang dirindukan oleh setiap umat muslim, bangunan yang didirikan oleh Nabiullah Ibrahim as bersama Nabi Ismail as Putranya atas perintah Allah SWT, yang merupakan simbol dan kiblat umat muslim sedunia, Allahu Akbar.  

Tidak jauh berbeda dengan suasana kedatangan kami di Kota Madinah, tiba di Kota Mekkah pun tepat tengah malam sekitar jam 1 pagi waktu Mekkah. Kota Mekkah Al-Mukarramah yang ditempuh kurang lebih 6 jam perjalanan dari Kota Madinah tidak kusia-siakan, “tidak boleh tidur” tekadku dan Alhamdulillah usaha itu setengah berhasil, sepanjang perjalanan kucoba meresapi perjalalanan Rasurullah bersama para Sahabat saat menunaikan Umrah maupun Haji pada zamannya, seakan muncul kembali lewat memoriku kisah-kisah perjuangan Rasul bersama Sahabat yang kudapatkan dari media TV, saya rasa tidak sia-sia usaha ini menunggu tontonan acara serial “khalifah” di Trans7 setiap hari sabtu dan minggu pagi, sengaja kugeluti dan kutunggu acara itu jauh-jauh sebelum perjalanan spritual ini dengan harapan bisa menjadi bekal dalam perjalananku, sejenak mencoba meraba dan membandingkan suasana dan kondisi dulu dan sekarang pastilah berbeda namun Iman dan Taqwa insyaallah bisa diusahakan sama, saya membandingkan dari segi materialnya saja infrastruktur yang memadai seperti jalan dan transportasi serta akomodasi sangat mempermudah jamaah untuk menunaikan ibadah umrah ataupun haji, walau demikian kondisi seperti ini mudah-mudahan tidaklah mengurangi nilai ibadah. Salah satu bangunan sekitar Masjidil Haram yaitu menara Jam yang konon tertinggi di dunia itu merupakan salah satu pembeda fisik Kota Mekkah yang belum ada waktu itu, dan menara jam itu sekarang ada didepan mata, menara itu terasa semakin dekat dengan bis kami, pertanda jarak perjalanan semakin dekat pula, suasana sedikit kacau karena ternyata sang sopir bermasalah dengan ketidakdisiplinan mengemudi di jalan, tidak jelas apa permasalahannya, saya hanya mengamati sang sopir berbincang dengan polisi dengan nada suara yang sama-sama tinggi dengan bahasa arab yang tidak kupahami, kejadian ini sedikit mengganggu perjalanan untuk secepatnya tiba, tapi saya tidak peduli karena dari tempat bis kami diberhentikan pun masih bisa menikmati pemandangan sekitar termasuk memandang menara jam tersebut dan juga bisa melihat pantulan sinar lampu yang berasal dari Masjidil Haram walau tidak begitu jelas. Sekitar setengah jam pak polisi menginterogasi sang sopir dan akhirnya bis diperbolehkan melanjutkan perjalanan dan beberapa saat kemudian tibalah rombongan kami di hotel tujuan.



Berbeda di Kota Madinah, hotel kami di Kota Mekkah lumayan jauh jaraknya dari Masjidil Haram, sehingga tidak bisa menatap langsung kompleks masjid dari posisi hotel kami tinggal, kondisi ini membuat penasaran dan menambah keinginan yang semakin kuat untuk secepatnya menginjakkan kaki di Masjidil Haram, namun keinginan kuat itu harus diredam sementara karena masih menunggu instuksi dari gaid (guide) yang mendampingi kami. “Tunggu jam 2 untuk menghindari tumpukan jamaah di Masjidil Haram”, kata si gaid sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukkan jarum jam di angka 01.50.

Rombongan jamaah yang berjumlah sekitar 150 orang dikelompokkan menjadi 4 bagian, berbaris rapih di tengah jalan tepat depan hotel, jamaah laki-laki disebelah luar sisi kiri dan kanan barisan mengapit jamaah wanita, kondisi ini mengingatkan saya pada saat baris berbaris pada jaman sekolah dulu. Kami mulai berjalan seiring bersama 4 kelompok barisan, dan  disela membaca kalimat Tahmil, saya berjuang sekuat tenaga untuk menenangkan hati dan pikiran menguatkan niat berharap ibadah ini lancar dan tentunya di Ridhoi oleh Allah SWT. Banyak cerita negatif yang kadang hinggap dan menghantui pikiran dalam mengiringi perjalanan ke Masjidil Haram malam itu dan yang paling menyeramkan adalah konon katanya pernah beberapa jamaah tidak mampu melihat Kakbah walau fisiknya sudah berada dihadapannya, masyaallah, Astagfirullah.

Perjalanan yang menegangkan tapi menyenangkan demikian yang terasa dalam hati, kira-kira lima belas menit perjalanan kaki dan tidak terasa akhirnya sampai juga kami di halaman Masjidil Haram, saya dan beberapa jamaah lainnya yang belum pernah berkunjung ke Masjidil Haram mungkin merasakan perasaan yang sama, semakin penasaran dimana letak Kakbahnya, perjalanan berhenti sejenak atas insturksi sang gaid tepat di depan pintu King Abdul Azis untuk mempastikan jumlah jamaah tetap lengkap, tidak lama kemudian langkah kami lanjutkan terus masuk ke dalam kompleks masjid dan semakin masuk ke masjid terasa semakin jantung ini berdebar kencang, saya berada dibarisan agak belakang sehingga pandangan mata sedikit terhalangi oleh tubuh jamaah yang ada didepan, menuruni anak tangga membuat langkah kaki agak lambat apalagi diperparah dengan bertumpuknya jamaah yang saling berpapasan, tapi situasi itu tidak berlangsung lama, dan perjalanan dilanjutkan hingga akhirnya rombongan berhenti kembali, gaid memberi instruksi terakhir, disaat berdiri diam bersama rombongan yang lain kucoba menatap kedepan, mata ini kubiarkan mencari, ya.... mencari bangunan yang suci “Kakbah” dimana letaknya? tanyaku dalam hati, hati ini semakin cemas lagi-lagi teringat dengan cerita negatif tadi, “Ya Allah pertemukan aku dengan rumahMu, biarkan mata ini melihat dan mengagumi kebesaranMu”, tiba-tiba gaid memberi aba-aba meminta melanjutkan langkah kami, mata ini masih tetap kubiarkan liar mencari sesuatu yang kurindukan “Kakbah”, suasana sangat ramai dengan padatnya jamaah di dalam masjid, namun terasa hening dalam rombongan kami, keheningan itu terpecahkan oleh isak tangis salah satu jamaah yang membuat saya penasaran, ada apa gerangan, ternyata jawabannya bangunan yang sakral dan suci “Kakbah” terlihat jelas didepan mata, Subhanallah, Allahu Akbar, “Kakbah sekarang di depan saya” terucap dibibirku, air mata mengiringi langkah ini sambil terus berjalan melaksanakan tawaf bersama jamaah dari rombongan kami, ribuan manusia tumpah malam itu bertawaf mengililingi Kakbah dan Alhamdulillah suasana malam itu tidak membuatku terasa sesak, segala puji bagimu ya Allah,  saya diberikan kesempatan bertawaf menunaikan salah satu rukun umrah, berkumpul bersama orang-orang yang sangat mencintaiMu dari berbagai negara yang berbeda.

Satu rangkaian rukun telah selesai yaitu Tawaf tujuh kali mengelilingi Kakbah, dilanjutkan sholat sunnat dua rakaat di belakang makam Nabiullah Ibrahim as. Sebelum minum air zam-zam dan melanjutkan Sa’i serta Tahallul untuk menyempurnahkan Ibadah Umrah, sejenak kumanjakan mata ini memandang kedepan, kutatap sepuasnya, kupandangi Kakbah dari segala sisi, sembari kusadari dan kudapatkan jawaban, jawaban yang tidak bisa dirangkai dengan kata-kata, ternyata inilah yang membuat jutaan bahkan miliaran umat muslim merindukanmu, bahkan termasuk mereka yang sudah berulang kali datang kesini namun masih tetap menginginkan kembali lagi, termasuk orang tuaku, “Mamaku yang tercinta sekarang baru kurasakan perasaanmu betapa engkau merindukannya, sekarang baru kutahu mengapa engkau selalu semangat dan tak bosan-bosannya menceritakan kepadaku tentang pengalaman perjalanan Ibadah Hajimu 30 tahun yang lalu, tentu engkau tak tahan menahan rindu hingga bersikeras ingin melaksanakan Ibadah Umrah walau engkau sakit, namun taqdir berkata lain ternyata Allah lebih mencintaimu dan meninggalkan kami semua, semoga Allah membalas rindu Mama dengan SurgaNya”. Di depan Multazam kusisipkan do’a untuk kedua orang tuaku, “Ya Allah ampuni dosa kedua orang tuaku, terimalah amal ibadahnya, Ridhoilah dan tempatkan mereka di tempat terbaik serta masukkanlah mereka kedalam golongan orang-orang yang Engkau cintai” ... Amin Ya Rabbal Alamin ...          



Selasa, 17 April 2012

Perjalanan Spritual 1

Tiba-tiba saya terbangun, entah brapa lama pulas tertidur, refleksku melihat sekeliling dari depan kebelakang suasana di atas bis terasa hening, bis masih tetap berjalan walau tidak selaju sore tadi, tirai perlahan kubuka ternyata benar kecepatan bis sangat berbeda dengan beberapa waktu yang lalu, bis berjalan dengan sangat lambat, pemandangan di luar sangatlah menakjubkan, seumur umur baru kali ini melihat langsung suasana kota yang bertebaran dengan gedung-gedung tinggi, ditambah sinar lampu yang mempercantik suasana malam, “ini jam berapa pikirku” kutarik perlahan lengan jaketku biar leluasa melihat jam yang ada di tangan kananku, sedikit bingung melihat jam itu yang menunjukkan pukul 7.15, namun kebingungan itu tidak berlangsung lama karena teringat kalo ternyata saya bukan di Indonesia, kucoba menghitung mundur 5 jam kebelakang ternyata ini sudah jam 2.15 dini hari waktu setempat, sementara bis masih berjalan dengan pelannya seolah-olah sang sopir sedang mengamati sekeliling jalan dan mencari tempat yang akan dituju, suasana masih tetap hening orang-orang di atas bis semuanya membisu entah mereka merasakan seperti yang kurasakan, terpana dan sibuk mengamati pemandangan sekeliling lewat kaca jendela, sesekali keheningan itu dipecahkan oleh suara sang sopir yang sedang berbincang dengan kernetnya, kelihatannya mereka membicarakan hotel yang kami tuju entah mereka bingung atau keliru jalannya, ataukah mereka memperbincangkan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan tujuan perjalanan kami, saya cuma menduga saja karena bahasa mereka tidaklah kupahami. Sepuluh menit kemudian bis bergerak semakin lambat dan sangat jelas di depan kami sekitar 30 meter sudah terparkir beberapa bis yang lain,  dan benar ternyata bis berhenti tepat di belakang bis yang juga satu tujuan dengan kami, satu persatu penumpang turun lewat dua pintu bis, saya memilih pintu depan kanan biar lebih cepat turunnya, disaat kedua kaki sudah menginjakkan lantai trotoar jalan, saya pun tidak ingin menyianyiakan kesempatan melihat sekeliling dengan puasnya, mata ini tertuju pada satu titik sekitar 200 meter pas di sebelah kanan bis, sebuah menara yang  sangat indah menakjubkan dibalik sebuah gedung tinggi, menara itu tidak asing lagi di mataku karena sudah terbiasa melihatnya walau hanya lewat photo dan media TV, Subhanallah saya bisa dengan jelas melihat  Menara “Masjid Nabawi”, melihatnya langsung dengan kedua mataku bukan lewat photo atau TV, ini nyata pikirku sambil kupegang erat tanganku untuk memastikan ini bukan mimpi, tidak terasa air mata ini menetes rasa syukur dan bahagia bercampur jadi satu, bibirku berucap “Subhanallah, Alhambulillah” Trimakasih Ya Allah Engkau telah mengundangku, Engkau telah memberikan kesempatan kepada hambaMu ini untuk menginjakkan kaki di Kota Rasul-Mu, Kota Orang yang Paling Mulia sejagad raya ini, “Madinah Al-Munawwarah” Subhanllah. 

Catatan lainnya :
Perjalanan Spritual 2


 
" Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, SALAM KENAL "
Diberdayakan oleh Blogger.