Tiba-tiba saya
terbangun, entah brapa lama pulas tertidur, refleksku melihat sekeliling dari
depan kebelakang suasana di atas bis terasa hening, bis masih tetap berjalan
walau tidak selaju sore tadi, tirai perlahan kubuka ternyata benar kecepatan
bis sangat berbeda dengan beberapa waktu yang lalu, bis berjalan dengan sangat
lambat, pemandangan di luar sangatlah menakjubkan, seumur umur baru kali ini
melihat langsung suasana kota yang bertebaran dengan gedung-gedung tinggi,
ditambah sinar lampu yang mempercantik suasana malam, “ini jam berapa pikirku”
kutarik perlahan lengan jaketku biar leluasa melihat jam yang ada di tangan
kananku, sedikit bingung melihat jam itu yang menunjukkan pukul 7.15, namun
kebingungan itu tidak berlangsung lama karena teringat kalo ternyata saya bukan
di Indonesia, kucoba menghitung mundur 5 jam kebelakang ternyata ini sudah jam
2.15 dini hari waktu setempat, sementara bis masih berjalan dengan pelannya
seolah-olah sang sopir sedang mengamati sekeliling jalan dan mencari tempat
yang akan dituju, suasana masih tetap hening orang-orang di atas bis semuanya membisu entah mereka merasakan seperti yang kurasakan, terpana
dan sibuk mengamati pemandangan sekeliling lewat kaca jendela, sesekali
keheningan itu dipecahkan oleh suara sang sopir yang sedang berbincang dengan
kernetnya, kelihatannya mereka membicarakan hotel yang kami tuju entah mereka
bingung atau keliru jalannya, ataukah mereka memperbincangkan sesuatu yang
tidak ada kaitannya dengan tujuan perjalanan kami, saya cuma menduga saja karena
bahasa mereka tidaklah kupahami. Sepuluh menit kemudian bis bergerak semakin
lambat dan sangat jelas di depan kami sekitar 30 meter sudah terparkir beberapa
bis yang lain, dan benar ternyata bis
berhenti tepat di belakang bis yang juga satu tujuan dengan kami, satu persatu
penumpang turun lewat dua pintu bis, saya memilih pintu depan kanan biar lebih
cepat turunnya, disaat kedua kaki sudah menginjakkan lantai trotoar jalan, saya pun tidak ingin menyianyiakan kesempatan melihat sekeliling dengan puasnya, mata ini tertuju
pada satu titik sekitar 200 meter pas di sebelah kanan bis, sebuah menara
yang sangat indah menakjubkan dibalik
sebuah gedung tinggi, menara itu tidak asing lagi di mataku karena sudah
terbiasa melihatnya walau hanya lewat photo dan media TV, Subhanallah saya bisa
dengan jelas melihat Menara “Masjid
Nabawi”, melihatnya langsung dengan kedua mataku bukan lewat photo atau TV, ini
nyata pikirku sambil kupegang erat tanganku untuk memastikan ini bukan mimpi, tidak
terasa air mata ini menetes rasa syukur dan bahagia bercampur jadi satu,
bibirku berucap “Subhanallah, Alhambulillah” Trimakasih Ya Allah Engkau telah
mengundangku, Engkau telah memberikan kesempatan kepada hambaMu ini untuk
menginjakkan kaki di Kota Rasul-Mu, Kota Orang yang Paling Mulia sejagad raya
ini, “Madinah Al-Munawwarah” Subhanllah.
Home » Catatan » Perjalanan Spritual 1
Selasa, 17 April 2012
Perjalanan Spritual 1
lainnya dari Catatan
Ditulis Oleh : adamang // Selasa, April 17, 2012
Kategori:
Catatan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar